Kamis, 26 Mei 2016

Jaga Kesehatan dengan Menjilat Garam Dapur Sebelum dan Sesudah Makan

Jaga Kesehatan dengan Menjilat Garam Dapur Sebelum dan Sesudah Makan

 21 Agustus 2012 04:09:01 Diperbarui: 25 Juni 2015 01:30:06 Dibaca : 8,162 Komentar : 0 Nilai : 3 13455215881937065068 

Judul di atas bukan lelucon, atau sekedar untuk menarik perhatian agar pembaca membaca tulisan ini. Ia merupakan anjuran, tepatnya semacam tip untuk menjaga kesehatan. Dengan menjilat garam? Ya, hanya dengan menjilat garam sebelum dan sesudah makan. Apa iya??? ….

Jangan bercanda!, masak garam yang berharga murah dan biasa kita temui sehari-hari berceceran di rak dapur setiap rumah tangga di negeri ini bisa memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan!. Bukan hanya menjaga kesehatan, tapi juga untuk mengobati beragam penyakit dan juga berfungsi sebagai penawar racun. Oh yaa! Siapa yang mengucapkannya?. 

Apa sudah ada uji klinis?, atau bukti ilmiah?, atau setidak-tidaknya pengalaman empiris yang bisa mendukung pernyataan di atas?. Stop! Jangan banyak bertanya dahulu. Simpan rasa penasaran dan tanda tanya yang berkecamuk di pikiran anda, sampai saya selesai menjelaskannya. Karena saya pun memiliki keraguan yang sama dengan anda ketika membaca pernyataan tersebut untuk pertama kalinya. Sangat menarik, karena yang mengucapkan pernyataan itu bukan seorang dokter atau ahli pengobatan yang ternama. Tapi juga bukan dari sembarang orang. Pernyataan itu keluar dari mulut seorang yang sangat mencintai dan sangat dicintai Rasulullah Muhammad saw. Seseorang yang seumur hidupnya dia habiskan untuk Islam, berkhidmat dan meneladani junjungannya al Amin (Yang dipercaya), sehingga ucapan dan prilakunya serupa benar dengan Rasulnya al Mushtafa. Dan sebagaimana halnya dengan Rasulullah saw, mustahil ia mengucapkan suatu kebohongan, apalagi membuat lelucon yang membodohi orang lain. Beliau adalah Ali bin Abi Thalib as, seorang Sahabat, Imam, Khalifah, Pengemban Wasiat Rasulullah saw yang dijuluki sendiri oleh Nabi, ‘Sang Kota Ilmu’, sebagai ‘Pintu Kota Ilmu’; “Ana madinatul ilm, wa ‘aliyyun babuha”. 

Persisnya ucapan atau atsar Imam Ali as tersebuta adalah: “Jilatlah garam sebelum dan sesudah makan!. Andai orang-orang tahu manfaat garam, niscaya mereka akan lebih memilihnya ketimbang penawar racun. Sesiapa menjilat garam sebelum makan, maka Allah akan melindunginya dari tujuh puluh jenis penyakit yang hanya diketahui Allah”. 

Atsar tersebut saya temukan diantara tumpukan hadits dan atsar yang bertebaran di buku “Mutiara Tersembunyi Warisan Nabi” yang merupakan terjemahan dari buku ‘al-atsar al-Wadh’iyyah fi al-Kitab wa al-Sunnah’ karya Syekh Abdurrasul Al ‘Unuz. Dalam atsarnya Imam ali as menjelaskan dua hal. Pertama menjelaskan manfaat garam bagi kesehatan manusia, sebagai penawar racun dan obat bagi 70 (banyak) penyakit. Dan kedua tip bagaimana cara mengkonsumsi garam agar bermanfaat bagi kesehatan manusia, yaitu dengan menjilatnya (secara rutin) sebelum dan sesudah makan. 

‘Garam Dunia’ Istilah ‘garam dunia’ adalah terjemahan dari ungkapan dalam Bahasa Inggris, ‘the salt of the earth’ , yang berarti sesuatu atau seseorang yang sangat berharga atau memiliki arti yang special. Ungkapan tersebut dikutip dari perkataan Jesus kepada murid-muridnya sebagaimana dimuat dalam Kitab Perjanjian Baru, Matthew 5:13. “You are the salt of the earth”. 

Garam yang kini kurang berharga secara ekonomi, ternyata di zaman dahulu pernah menjadi komoditi yang sangat berharga melebihi logam mulia dan memiliki nilai yang strategis dan berperan penting dalam perkembangan peradaban ummat manusia. Meminjam istilah Jesus di atas, garam (baca garam dapur), dimasa lalu, adalah ‘garam dunia’. 

Berikut beberapa catatan sejarah yang menunjukkan arti penting dan strategis garam sebagai komoditi ekonomi di masa lalu. Bangsa Assyria pernah menggunaka garam untuk kepentingan operasi militer yang dikenal dengan nama ‘salting the earth’ (menggarami dunia). Yaitu suatu ritual menaburkan garam saat menaklukkan kota-kota yang dikuasai musuh sebagai simbol kutukan atas dikuasainya kembali kota-kota tersebut. 

TentaraRomawi pernah digaji dengan garam. Mereka menyebut tentara yang melakukan tugasnya dengan baik sebagai ‘garam mereka yang berharga’.Kata Inggris 'salary' berasal dari kata Latin salārium, kemungkinan berkaitan dengan uang yang diberikan kepada tentara untuk membeli garam. Bahkan Kekaisaran dan Republik Romawi pernah menerapkan kebijakan mengontrol harga garam sebagai alat politik untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan negara. 

Pada masa awal Republik Romawi, sejalan dengan pertumbuhan kota Roma, sarana dan prasarana transportasi dibangun untuk melancarkan distribusi garam dari tambang-tambang garam yang terletak di daerah terpencil ke kota-kota besar. Via Salaria, contohnya, asalnya adalah jalan kecil Sabine yang kemudian diperbesar untukmenghubungkan kota Roma dengan Laut Adriatic, pusat tambang garam dengan kadar salinitas yang tinggi. 

Sepanjang Abad Pertengahan, garam merupakan komoditi yang berharga yang diangkut sepanjang jalan-jalan garam (salt roads) ke pusat negeri suku-suku bangsa berbahasa Jerman. Kafilah yang berarmadakan empat puluh ribu ekor onta mengangkut garam melintasi jarak 400 miles dari Gurun Sahara menuju pasar-pasar di daerah pedalaman di Sahel (sekarang termasuk wilayah Tunisia, Eritria), terkadang mereka mempertukarkan garam dengan seorang budak. Timbuktu (Mali, Afrika Barat) adalah pasar garam dan budak yang terbesar pada masa itu. 

Garam juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi bangsa Yahudi, Yunani, Cina dan bangsa-bangsa lain di masa lalu. Sekitar tahun 2700 BC bangsa Cina telah mempublikasikan penjelasan yang detail dan sistematis tentang perbedaan jenis-jenis garam dan metode penyulingannya. Catatan-catatan sejarah juga menunjukkan manfaat garam yang sangat besar bagi kesehatan manusia. Hippocrates menganjurkan para dokter di zamannya untuk menggunakan air garam sebagai obat beragam jenis penyakit ringan dengan cara membenamkan pasien-pasiennya ke dalam air laut. Sebuah tradisi pengobatan yang kemudian dilestarikan oleh Bangsa Yunani Kuno. 

Garam adalah Rasa Asin Esensi garam adalah rasa asin. Tanpa rasa asin bukanlah garam namanya. Rasa asin inilah yang menjadikan garam berharga, khususnya bagi kesehatan manusia. Tanpa rasa asin, garam menjadi sesuatu yang tidak bernilai. Sebagaimana diucapkan Jesus dalam Kitab Perjanjian Baru, Matthew 5:13: “Jika garam kehilangan rasanya, tiada manfaat yang tersisa darinya kecuali sekedar untuk diinjak-injak”. 

Manfaat Garam Bagi Kesehatan Baik Pengobatan Cina (TCM – Traditional Chinese Medicine) yang tradisional, maupun Kedokteran Barat yang modern mengakui peranan garam yang luar biasa penting bagi kesehatan sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Bahkan Kedokteran Modern menyodorkan banyak sekali bukti ilmiah yang kredibel dan tak terbantahkan. 

Kedokteran Modern Berikut saya kutipkan artikel yang dipublikasikan dalam http://www.saltinstitute.org/ yang menjelaskan manfaat garam bagi kesehatan manusia dari sudut pandang Kedokteran Modern. Garam menyediakan dua elemen penting bagi kehidupan dan kesehatan yaitu sodium dan chloride ions. Dua elemen yang tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh sehingga mesti disuplai melalui makanan. 

Meskipun garam merupakan sumber makanan yang paling umum untuk kedua elemen tersebut, sodium juga dapat diperoleh dari bermacam-macam makanan yang mengandung sodium secara alamiah. Sodium adalah unsur mineral yang berperan pentingdalam fisiologi tubuh. Ia mengontrol volume cairan dalam tubuh dan membantu memelihara tingkat asam-basa. Sekitar 40% sodium tubuh tersimpan di tulang, sebagian ditemukan dalam organ-organ dan sel-sel lainnya dan 55% sisanya tersimpan dalam plasma darah dan cairan antar sel. 

Sodium juga berperan sebagai transmisi elektronik dalam saraf dan membantu sel-sel tubuh membentuk nutrisi, serta memelihara tekanan darah. Chloride ions juga membantu memelihara volume darah, tekanan darah, dan pH cairan tubuh dengan tepat. Chloride merupakan anion extracellular yang utama dan berkontribusi terhadap cairan tubuh termasuk menjaga tekanan darah, keseimbangan asam-basa, aktifitas otot, dan pergerakan air diantara bagian-bagian cairan tubuh.

Chloride ions disekresikan dalam getah lambung sebagai asam hydrochlori, yang secara alamiah menghasilkan asam yang diperlukan untuk pencernaan makanan. Beberapa manfaat garam bagi kesehatan tubuh adalah: ·Tekanan Darah. Mengatur volume dan tekanan darah termasuk kelenturan pembuluh darah. Konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. 

Sistem Saraf. 

Mempengaruhi Sistem Saraf. 
Sodium dan chloride ions berperan penting dalam menyalakan neuron-neuron dalam system saraf. Perubahan dalam konsentrasi sodium dan chloride ions menimbulkan sebuah gerak potential untuk menyalakan, memungkinkan neuron mengirim signal ke sel-sel lain yang berhubungan dengannya. Hasil pengiriman signal yang tepat ke seluruh tubuh diperlukan untuk mendapatkan seluruh reaksi fisiologis termasuk gerakan mekanis otot-otot. Perubahan konsumsi garam berdampak minimal pada system saraf. Hanya pada tingkat defisiensi sodium yang ekstrim akan memberikan reaksi peringatan pada system saraf. 

·Metabolisme (Sistem Pencernaan). 
Hampir semua garam yang terkandung dalam makanan atau minuman dengan cepat diserap dari Usus Kecil dan dengan cepat pula sampai ke system peredaran darah dan ruang jaringan antar sel (the extracellular space of tissues). Selama pertumbuhan yang cepat, sejumlah besar sodium diserap system kerangka dan jaringan-jaringan lain. Setelah dewasa, pada orang yang sehat, seluruh garamyang diperoleh, tanpa menghiraukan kuantitas, dikompensasi dengan pengeluaran harian dari kuantitas yang sama melalui saluran-saluran pengeluaran normal tubuh kita. Sebenarnya, Ginjal kita mampu menyaring sejumlah sodium yang luar biasa besarnya dalam sehari (sehari sama dengan 6 pound garam). 

·Peran Hormon dalam Pengaturan Sodium. 
Hormon Steroid disekresikan oleh adrenal cortex yang mengatur keseimbangan air dan electrolytes dalam tubuh. Aldosterone yang bekerja pada distal tubule dan menghimpun saluran-saluran Ginjal, berfungsi meningkatkan daya serap (permeability) dari selaput-selaput bagian dalam terhadap sodium dan potassium dan bertangggung jawab atas penyerapan kembali sodium (Na+) ions dan air dari urine kembali lagi ke darah, sambil mengeluarkan potassium (K+) ions ke dalam urine. Aldosterone bertanggung jawab atas penyerapan kembali secara sebenarnya seluruh sodium yang terkandung dalam darah manusia di bawah fungsi filtrasi ginjal yang normal. Aldosterone juga berfungsi sebagai receptors khusus di otak untuk memelihara air dan garam dengan mengontrol renal tubular resorption. 

Para Ahli menduga bahwa tingkat asupan garam berhubungan dengan kesehatan organ yang laindi samping kesehatan cardiovascular. Beberapa yang telah dibuktikan adalah: hyponatremia, diabetes. kanker, asma, osteoporosis danobesitas. Pengobatan Cina Tradisional Untuk memahami manfaat garam bagi kesehatan dari sudut pandang Pengobatan Cina Tradisional, kita perlu menganalisisnya dengan menggunakan Teori Wuxing (Lima Unsur), khususnya dari kaca mata Rangkaian Kosmologi. 

Menurut Teori Lima Unsur setiap makanan atau herbal memiliki sebuah rasa tertentu yang berhubungan dengan salah satu dari kelima unsur. Lima rasa tersebut adalah: asam untuk Kayu, pahit untuk Api, manis untuk Tanah, pedas untuk Logam dan asin untuk Air. Setiap makanan atau herbal diklasifikasikan ke dalam salah satu dari kelima rasa tersebut. Teori Lima Unsur menjelaskan juga adanya hubungan saling mempengaruhi diantara fenomena alam dan organ tubuh manusia yang tergolong ke dalam unsur yang sejenis, dan juga hubungan menghidupi dan mengekang yang terjadi diantara fenomena dan organ tubuh manusia yang tergolong ke dalam unsur-unsur yang berlainan jenis, berdasarkan prinsip keseimbangan yang dinamis. 

Garam yang esensinya adalah rasa asin adalah makanan yang bersesuaian (korespondensi) dengan unsur Air, yang bersifat dingin, lembab, mengalir ke bawah dan berfungsi menumbuhkan pohon. Oleh karenanya garam yang memiliki sipat dan fungsi mengalir ke bawah, melembabkan, berefek pencahar, melunakkan kekerasan dan digunakan untuk mengobati konstipasi dan bengkak, digolongkan ke dalam unsur Air. Begitu juga dengan Ginjal (shen), organ yang bersipat dingin, melembabkan, mengurangi dan berfungsi menyimpan Jing (partikel kecil yang sangat penting) serta sebagai pemberi nutrisi dan penyiram, dikelompokkan ke dalam unsur Air. 

Bagian-bagian tubuh manusia lainnya yang digolongkan ke dalam unsur Air adalah Kandung Kemih, jaringan tulang, emosi takut, dan panca indera telinga. Berdasarkan analogi Lima Unsurterlihat bahwa antara rasa asin dengan Ginjal, dan juga organ tubuh lainnya tergolong unsur Air memiliki hubungan saling mempengaruhi diantara mereka. Ketika garam yang berasa asin dikonsumsi secara berlebihan, rasa asin tersebut akan berefek negatif pada Ginjal, Kandung Kemih, tulang, emosi takut dan telinga, disamping dapat mengeringkan Darah, dan oleh karenanya harus dihindari oleh mereka yang menderita Defisiensi Darah. 

Dalam buku The ‘Spiritual Axis’ bab 56 yang membahas pengaruh lima rasa, dikatakan: Rasa asam menuju ke Hati, rasa Pahit menuju ke Jantung, rasa manis menuju ke Limpa, rasa pedas menuju ke Paru-paru, rasa asin menuju ke Ginjal…jika Hati sakit, seseorang tidak boleh memakan makanan dengan rasa pedas, jika Jantung sakit, seseorang tidak boleh memakan makanan dengan rasa asin, jika Limpa sakit, seseorang tidak boleh memakan makanan dengan rasa asam, jika Ginjal sakit, seseorang tidak boleh memakan makanan dengan rasa manis,jika Paru-paru sakit, seseorang tidak boleh memakan makanan dengan rasa Pahit. Jadi, jika suatu organ sakit, seseorang harus menghindari rasa yang berhubungan dengan Unsur yang mengekang organ itu sepanjang rangkaian Hukum Mengekang. 

Sebagai contoh, rasa asin yang berunsur Air. Air mengekang Api dan oleh karena itu berlebihan rasa asin bisa melukai Jantung yang berunsur Api (cukup menarik, serupa dengan pandangan Kedokteran Barat tentang konsumsi garam yang berlebihan). Sebaliknya, setiap organ diberi nutrisi (makan) oleh rasa dari Unsur yang ia kekang. Sebagai contoh, Tanah (Limpa) yang mengekang Air, asin adalah rasa yang bersesuaian dengan Air, oleh sebab itu garam yang identik dengan rasa asin menguntungkan Limpa. 

Dari analisis Lima Unsur di atas dapat disimpulkan bahwa garam atau rasa asin mempengaruhi organ Ginjal, Limpa dan Jantung. Positip atau negatipnya pengaruh tersebut ditentukan oleh sedikit atau banyaknya asupan garam yang kita konsumsi. Bila organ-organ tubuh yang dipengaruhi rasa asin itu kita lihat dengan kaca mata Rangkaian Kosmologi Lima-Unsur barulah tergambar dengan jelas betapa luar biasa pentingnya manfaat garam bagi kesehatan manusia. Karena organ-organ yang dipengaruhi oleh garam, adalah organ-organ yang dalam Rangkaian Kosmologi 

Lima-Unsur memegang peranan sebagai; 
Air (Ginjal) sebagai fondasi; 
Sumbu Kidneys- Heart; 
Lambung dan Limpa sebagai Pusat; 
Lambung dan Limpa sebagai pendukung bagi Jantung; 
Tanah sebagai pusat lingkaran musim dan Sumbu Jing-Qi-Shen (Saripati-Qi-Mind). 

Penutup 

Saya harap tulisan ini bisa meyakinkan pembaca untuk tidak ragu lagi menjilat garam dapur setiap kali hendak dan sesudah makan sebagai cara untuk menjaga kesehatan tubuh yang murah meriah. 

Dan ssst…ini rahasia, untuk penggemar gule atau semur jengkol, ternyata menjilat garam dapur sebelum dan sesudah makan bisa mengurangi bau menyengat yang biasa menyertai air kemih kita sehabis mengkonsumsi makanan favorit tersebut. 

Mulai sekarang, tidak ada salahnya untuk selalu menyediakan semangkuk kecil garam dapur bersamaan dengan hidangan makanan lainnya di meja makan anda. 

Referensi 
·Dasar Teori Ilmu Herba dan Akupunktur, identifikasi dan Klasifikasi Penyakit, Sim kie Jie, Penerbit TCM Publication, 2012. 
·Essence of Tradisional Chinese Medicine, Intisari Obat-obatan Tradisional Cina, Fu Chunjiang, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, 2004. 
·TCM and Nutrition: Kidney Yin Deficiency, By Anasuya Batliner, NC, Dipl. ABT, CST Published in Nutrition Professionals Quarterly, 2004 
·Mutiara Tersembunyi Warisan Nabi, diterjemahkan dari al-Atsar al-Wadh’iyyah fi al-Kitab wa al-Sunnah, Syekh Abdurrasul Al ‘Unuz, h. 326 
·The Foundations of Chinese Medicine, A Comprehensive Text for acupuncturists and Herbalists, Giovanni Maciocia, Published by Elsevier, 2006 ·http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_salt 
·http://www.saltinstitute.org/ ·http://www.serasiclinic.com Palembang, 21 Agustus 2012

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fauzitaichi/jaga-kesehatan-dengan-menjilat-garam-dapur-sebelum-dan-sesudah-makan_5517343ba33311a107b65957

Tidak ada komentar:

Posting Komentar